Laba Lba


Peneliti di Inggris dan Cina selangkah lebih maju dalam memahami bagaimana laba-laba merajut sutera yang mereka hasilkan.
Sutera laba-laba membuat penasaran para ilmuwan karena kekuatan dan elastisitasnya, dan selama beberapa puluh tahun terakhir perkembangan di bidang bioteknologi telah berhasil mensintesis sutera tiruan. Tetapi bagaimana merajut sutera seperti yang dilakukan laba-laba masih tetap menjadi misteri sampai sekarang.
Sutera laba-laba tiruan memiliki kualitas yang lebih rendah dibanding dihasilkan secara alami. Zhengzhong Shao, dari Fudan University, China, menjelaskan bahwa perbedaan kualitas ini disebabkan oleh teknik yang digunakan untuk merajut sutera tersebut. Dia mengatakan perusahaan-perusahaan yang memproduksi sutera perlu belajar merajut sutera dengan cara yang sama seperti laba-laba merajutnya.
Shao dan rekan-rekannya di Universitas Oxford, Inggris, telah meneliti laba-laba ketika laba-laba tersebut sedang merajut suteranya dan menemukan rahasia dibalik laba-laba tersebut. Tim ini menemukan bahwa kecepatan dan suhu dimana laba-laba merajut suteranya penting untuk menghasilkan sutera yang kuat dan elastis.
Shao berpendapat bahwa untuk menghasilkan sutera yang berkualitas baik, mekanika proses perajutan sama pentingnya seperti protein-protein yang digunakan untuk membuatnya. Tantangan-tantangan untuk masa mendatang mencakup pengoptimalan kondisi-kondisi perajutan dan pengurangan biaya produksi, kata Shao.
Stephen Eichhorn, Dosen Senior Biomaterial di University of Manchester, Inggris, mengatakan ke Chemical Technology bahwa dia berharap semoga penelitian ini akan mempelopori ditemukannya sutera tiruan yang “bahkan lebih baik dari yang diproduksi oleh laba-laba.”