Hakim yang cerdik


seekor anak sapai berlari-lari kesana kemari.menyusuri ladang dan kebun kemudian dia berjalan ke tepi sungai yang jernih airnya.ia sangat senang melihat hewan-hewan kecil saperti katak yang berloncatan di sekitar sungai.tiba-tiba dia mendengar suara rintihan meminta tolong. "Toolllllloooooooooooooooooooooong"...! ternyata ada seekor buaya yang tertindih batang pohon yang roboh.
"tolong, tolong aku..."rintih buaya memelas.
"kau kenapa, pak buaya?"tanya sapi mendekat
"aduh,sapi yang baik, sudah 2 hari aku tertindih kayu besar ini. tolonglah aku mendorong kayu yg menindihku ini.
"tidak, aku tidak mau menolongmu. kau pasti memakanku setelah aku membebaskanmu."kata sapai"
"jangan khawatir, aku tidak akan melukai mu . aku sudah jera setelah tertindih batang pohon ini, rasanya sangat sakit dan aku tersiksa sekali" kata buaya lagi sambil menitihkan air mata.
akhirnya sapi pun luluh. dan mau menolong buaya. sapi berusaha mendorong kayu itu sampai akhirnya buaya terlepas dari tindihan kayu.
  Tapi…astaga! Begitu terlepas dari tindihan kayu buaya itu lansung meloncat kepunggung sapid an menerkam punuk si sapi. “Aduh…!”pekik sapi kesakitan. “kanapa kau mengigit punukku?” “Lho? Aku kansudah minta tolong kepadamu, bahwa aku tertindih kayu selama dua hari, tidak makan dan tidak minum. Sekarang kau harus menolongku bebas dari rasa haus da lapar.” “Dengan memakan dagingku?”tukas sapi. “Betul, sekaligus menghirup darahmu.” “Dasar buaya licik, tak tahu balas budi!” “Sudah sapi mudah yang bodoh! Sergah buaya. “Terimalah nasibmu.” “Tidak! Ini tidak adil!” teriak sapi. “Lho? Ini sudah hokum rimba, siapa yang kuat dia yang menang.
” “Tidak aku tak bisa terima.” “kau bisa bertanya pada mahluk yang lain, boleh benda apa saja, pasti mereka akan membenarkanku.”sahut buaya. “Ya, aku akan minta keadilan pada yang lain.”kata sapi. Kebetulan saat itu ada tikar lapuk hanyut di sungai. Sapi menceritakan kejadianya yang menimpanya dan meminta pendapat tikar lapuk. Apa jawabnya? “Itu sudah benar, terimalah nasibmu. Aku juga mengalaminya, ketika keadaanku masih baru aku dipakai, jika kotor dibersihkan tapi setelah lapuk dan banyak yang bolong aku dibuang kesungai begitu saja.” “Nah, benar kan kataku.” Sahut Buaya. “Tidak, nah itu ada keranjang hanyut. “ protes sapi. Tapi ketika keranjang itu Tanya jawabnya persis seperti tikar. “Ketika masih baru dan utuh aku dipakai, kini setelah rusak aku dibuang kesungai begitu saja.” “Nah benarkan?” Sahut buaya. Tiba-tiba ada seekor bebek betina tua berenang, sapi dan buaya meminta pendapat bebek. “Kukira buaya benar, sebab manusia juga kejam, ketika aku masih mudah dan bisa bertelur aku dipelihara, sekarang ketika aku sudah tua,aku ini mau disembeli, untungnya aku bisa melarikan diri, jadi tirulah perbuatanmanusia, mereka mau enaknya sendiri.” “hohoho… mau mengadu ke mana lagi kau sapi.” Saat itu kebetulan kancil lewat di depan buaya dan sapi. Kali ini buaya yang meminta pendapat kancil. Ia yakin kancil juga akan membenarkan pendiriannya. “kalau aku diminta menjdai hakim, aku harus tau dari awal kejadiannya.” Kata kancil.” Apakah kalian keberatan jika mengulang awal kejadian yang kalian alami?” “tidak! Aku tidak keberatan.” Sahut buaya. Maka dilakukanlah pengulangan itu. Buaya kembali ke tempatnya semula sapi mengembalikan kayu besar ke punggung buaya. “benarkah kejadiannya seperti ini?” Tanya kancil. “benar!” jawab sapi dan buaya bersamaan. “lalu pak baya memanggilku agar aku mau menolongnya.” Sahut sapi. Kancil mendekati sapi lalu berbisik lirih. “ayo kita tinggalkan buaya jahat ini.” Sapi baru sadar inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa basi lagi sapi mengikuti lari arah kancil yang sudah meloncat lebih dahulu. “hei… tungguuu…! Jangan pergi dulu…!” teriak buaya. Tapi sapid an kancil tak menghiraukannya. Makanya jangan terlalu rakus dan tak tahu balas budi akibatnya bisa celaka sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar